Jumat, 15 November 2013

Broken Part 1



Kemarin, memang seperti hari yang tak nyata. Semua terasa abu-abu ketika pacarku menghempaskan genggaman tanganku, sambil beranjak pergi dari hadapanku. Dia berangkat, aku disini diam. Sambil membuka handphone, aku terus mencoba menghubunginya. Berharap akan ada satu sms balasan darinya. Atau sudi mengangkat panggilan suaraku siang itu.
Namun, nihil ternyata. Dia tak pernah menghiraukan semua pesan dan panggilan yang aku kirim ke handphonenya. Yah, terasa seperti sia-sia. Biarkan saja, mungkin sejam kedepan ia akan membalasnya. Dan setelah sekian lama aku memandangi layar handphoneku, aku mendapati pesan teks masuk ke inbox ku. Itu dari pacarku, dan isinya dia mencaciku habis-habisan dan pertengkaran hebat pun tak bisa dihindari.
Hasil dari pertengkaran konyol dalam pesan teks itu adalah sebuah kata ‘putus’. Oke, aku terima. Karena memang akulah yang bersalah pada waktu itu. Aku mencoba menguatkan hatiku. Apalah artinya cinta jika kita setiap hari bertengkar mengurusi hal yang sebenarnya tak usah dibahaspun takkan menghasilkan apa-apa.
Semenit berlalu, aku tak merasa apa-apa. Aku masih terfokus pada tugas-tugas kuliahku, bahan presentasi esok hari, dan juga masalah yang aku hadapi sebagai anak kosan yaitu tidak punya uang.
Sejam terlewati, aku masih menggunakan otakku untuk menyelesaikan semua tugas dan sempat sibuk berinteraksi dengan dosen mata kuliahku. Dan jam ini baik-baik saja selama aku sibuk dan tidak tahu apa-apa. Atau bahkan mungkin, aku sempat berkamuflase sebagai orang yang sok sibuk demi melupakan sejenak pertengkaran kami.
Malampun menjelang, aku mulai kejenuhan dengan hal yang tak biasa ini. Aku mengajak teman-teman untuk pergi ke luar sambil nongkrong. Tidak lain dan tidak bukan, aku hanya ingin melupakan hari yang kujalani ini. Berharap besok datang, aku lupa kejadian kemarin, lalu aku berjalan bagai tanpa beban. Ya, seperti hari-hari ketika aku masih kuat dibating cinta.
Aku memang sedikit gila. Ketika dulu aku putus dengan pacar-pacarku, aku tak pernah sekalipun menangis. Bahkan ibuku pun salut kepadaku. Aku bisa move on, easy going, namun ini beda. Aku malah tidak bisa mengontrol emosiku. Semalaman aku bagaikan seorang yang sudah gila, tidak tidur seharian, tidak makan minum, memberantakkan kamarku, juga lebih banyak bengong.
Semalaman aku tidak tidur dan hanya memandangi layar laptop sambil memeluk bantal, serasa mati rasa, tak bernyawa, dan seperti mimpi buruk.

Kamis, 14 November 2013

Hai

Nama saya Ratna,
ikuti saya di
Facebook : Ratna Sugiar
Twitter : @heinana_
Path : Ratna Sugiar
Foursquare : Ratna Sugiar
tumblr : nna27.tumblr.com
Linkedin : Ratna Sugiar